Seperti biasa kalau tidak ada guru, kami semua pada ribut di kelas. Dan aku pun mengambil tempat untuk membicarakan satu permasalahan sekaligus menenangkan salah atu temanku yang sedang kalut sama masalahnya. Kami berusaha untuk ngehibur dia, dan rencana kami sukses. Kami punn tertawa bersama lagi.
Tiba-tiba, Manda masuk ke kelas dan bilang, "kawan-kawan, pak hajiri udah gak ada lagi. Tadi bu Faizah bilang gitu, ibu tu dibilang sama guru yang lagi jenguk pak hajiri". Kami semua kaget, kabar apaan lagi ini. Dan aku pun keluar dari kelas, dan aku lihat semua orang udah keluar dari kelasnya masing-masing. Kabar ini begitu cepat nyebarnya.
Padahal baru beberapa menit yang lalu, salah satu teman kami mengusulkan untuk membuat doa bersama untuk kesembuhan pak hajiri. ternyata doa bersama itu memang terwujud, tapi dalam kenyataan yang lain. kami membaca surat yaasin. Aku larut dalam kesedihan ini. aku melihat teman-temanku yang menangis tersedu-sedu. aku berusaha untuk menahan tangisan ini, karena aku yakin kalau kita nangis itu sama saja membuat alm. pak hajiri sakit disana.
akhirnya bel pulang pun berbunyi, hari ini bel itu begitu cepat berbunyi. bel itu juga ikut kehilangan sesosok guru yang cukup membanggakan. kami pun langsung menuju ke RS. karena jenazah beliau masih disana. setelah kami tiba disana, hujan pun turun. hujan juga ikut menemani kepergian "pahlawan tanpa tanda jasa" ini. kami langsung menuju kekamar beliau, dan disana banyak sekali guru-guru dan siswa-siswa SMA Neg. 3 yang berkumpul. Dan disitu aku melihat sesosok gadis kecil yang sedang duduk dikelilingi oleh para siswi itu. Dialah putri beliau. umurnya masih balita. dan kesedihanku bertambah takkala aku melihat bayi yang digendong oleh seorang wanita bercadar. Dia putra beliau, umurnya masih lima bulan.
Bagaimana mereka bisa menghadapi semua ini?ya ALLAH, berikanlah yang terbaik untuk mereka kelak. Lindungilah mereka darri segala bentuk kekejaman di dunia ini. amin...
aku dan teman2ku langsung masuk kekamar beliau. kamar itu penuh. Orang tua beliau juga ada. ketika beberapa orang temanku sudah keluar, aku pun masuk. aku langsung menyalamin ayah beliau, dan ibunya. Setelah itu, aku langsung melihat alm. pak Hajiri. beliau terbujur kaku. berselimut kain. pikiranku pun langsung kembali ke dalam kenangan bersama beliau ketika beliau masih mengajar kami dulu. beliau begitu sehat, kuat, senyum khas beliau, ilmu yang dibagikannya kepada kami secara ikhlas, tapi sekarang itu semua tinggal kenangan. air mataku jatuh. aku pun langsung keluar dari kamar itu dan menuju mesjid di RS itu untuk shalat zuhur bersama teman2ku.
setelah itu, kami langsung menuju ke rumah mertua beliau di daerah Blower. disana kami juga ikut membaca yaasin untuk beliau. banayk sekali orang yang ikut mendoakan beliau. mulai dari siswa, guru2, kerabat beliau dan masih banyak lagi. Hujan juga belum berhenti. tapi, dinginnya hari itu tak terasa. setelah beberapa saat disana aku pun pulang bersama teman-temanku.
guru...
kaulah yang terbaik..
banyak salahku padamu..
tapi, kau tak pernah marah..
aku bangga menjadi salah satu muridmu..
aku akan berusaha..
untuk meneruskan pelajaran yang kau berikan kepada kami..
guru...
alangkah singkat waktu ini..
banyak yang belum kau ajarkan kepada kami..
tapi, ajal telah menjemputmu..
bapak, terima kasih..
kau telah memberikan kami ilmu yang cukup luas..
tanpa batas..
Kami kehilangan sesosok guru yang telah berjasa bagi kami. kami kehilangannya. takkan ada lagi senyuman itu. tapi, kami akan berusaha untuk membuat bapak bangga disana. terima kasih pak, atas semuanya..
No comments:
Post a Comment